Popular Post

Archive for 2013

By : Unknown
Berikut tips singkat untuk memilih katana menurut saya :


1. Tentukan untuk tujuan apa katana yg anda cari :

saat ini banyak sekali katana berbagai jenis baik import maupun lokal dari entry level sampai profesional,

1.1. Berikut beberapa kategori katana sesuai kegunaanya :

a. Wall hanger :  sebagai pajangan saja tidak untuk latihan apalagi untuk memotong sesuatu karena akan berbahaya, dimana jenis ini tidak memiliki mekogi dan nakagonya adalah rait tail atau berbentuk ekor tikus sehingga mudah lepas saat di ayun

b. Iaito : sesuai dengan namanya yg berarti pedang untuk iai, dan karena pedang buat latihan iai ( ilmu cabut pedang katana ) pada umumnya dimulai dari pedang tumpul yg berbahan alumunium atau bahkan ada yg berbentuk nihonto asli yg tidak ditajamkan, maka isitilah iaito sering digunakan untuk merujuk pada pedang tumpul atau pedang dummy, tetapi pada kenyataannya bahwa iaito juga bisa berbentuk shinken atau pedang tajam. Saat ini iaito lebih banyak dibuat dari bahan alumunium alloy agar mudah di rawat dan lebih enteng.

c. Shinken : sesuai dengan istilahnya sendiri yg berarti pedang tajam, atau pedang asli, untuk shinken sendiri banyak sekali kelas kelasnya yg saya persingkat sebagai berikut :

# Entry Level : ini adalah shinken yg biasa digunakan oleh para praktisi pemula karena pedan pada level ini menggunakan kualitas paling standard, yg memenunuhi syarat minimum untuk sebuah pedang sebenarnya yaitu berat yg stabil/ titik balance yg baik, koshirae atau aksesoris yg baik dan tidak mudah lepas atau pecah khusus pada saya, serta mampu memotong target target lembut atau sering juga disebut soft cutter dimana targetnya mulai dari botol plastik, pool noodle, kertas/ koran dan tatami, dimana bilah pedang biasanya terbuat dari bahan stainless sampai bahan high carbon steel 1045, bahan ini digunakan agar para praktisi bisa memulai latihan merawat pedang sebelum memiliki pedang yg lebih mahal

#Medium Level : ini adalah katana yg biasa digunakan oleh para senior yg menginginkan pedang yg lebih baik, terutama untuk latihan tameshigiri untuk tahap senior pada target yg lebih keras biasanya bambu hijau dan tatami, shinken pada level biasanya digunakan untuk latihan memotong bambu hijau yg reguler sekitar 4 cm dan hanya single target dengan frekwensi latihan memotong yg jarang atau seiktar 1 - 2 kali per bulan, biasanya shinken pada level ini dibuat dari bahan baja 1050  sampai 1060 atau yg sekelas dimana kadar karbon di tingkat 0,06%, koshirae pada level ini juga biasanya sudah lebih menarik dari yg entry level dimana tsuka iito jauh lebih ketat dan bagus, same dari kulit pari asli, sageo bercorak atau berupa sageo tebal dll

#Pro Level : katana pada level ini mengutamakan pada kekuatan dan ketajaman yg mampu bertahan lama dan dipakai para praktisi senior atau praktisi rutin yg latihan rutin memotong target targer keras dan lebih dari 1 target dalam sekali potong, bilah pedang pada katana ini menggunakan baja baja khusus yg sangat kuat dan lentur seperti 1080, 1095, T10, L6 dll, katana pada level ini biasanya diikuti dengan penggunaan koshirae yg lebih premium, seperti tsuba kuningan, atau perak, inlay emas dll, sageo premium atau bahkan dari sutera, tsuka maki dengan cara tradisional menggunakan hishigami, koiguchi dan kojiri yg kuat dari bahan tanduk atau logam berukir.

#Nihonto : dari namanya sudah jelas bahwa ini adalah kategori tertinggi dari katana, dimana sebuah katana dapat di katakan nihonto (  pedang jepang secara harfiahnya ) adalahjika hanya  katana tsb dibuat di jepang dan oleh penempa jepang, dengan cara penempaan sesuai cara tradisional jepang, jadi bagi orang luar yg bikin katana dijepang pun biasanya tidak diakui sebagai nihonto, tetapi bila orang tersebut memang murid sah yg bersertifikat dari sekolah penempa pedang yg diakui di jepang, maka sangat mungkin karyanya akan diakui sebagai nihonto ( bila saya salah mohon koreksinya ), koshirae pada nihonto sudah pasti the best of the best hehhehe


1.2 Selain menurut kegunaannya katana juga bisa dibagi dalam cara pembuatannya :

# Tempering Proses : atau proses pengerasan baja agar kuat, lentur, dan ketajamannya tahan lama. ini adalah inti dari seluruh proses pembuatan kekuatan pedang dan proses terpenting dalam pembuatan pedang, salah atau kurangnya proses ini maka pedang yg dibuat tersebut tidak lebih dari  hanya sebuah besi biasa yg ditajamkan :

a. Full Tempering : proses pengerasan bajanya, dimana semuruh bilah dikeraskan dalam tingkat kekerasan yg sama dalam prosesnya, dan untuk memperindah pedang agar memiliki cir khas dari sebuah katana adalah hamon, maka banyak bilah yg di full tempering akan di berikan hamon buatan atau kosmetik yg bisa menggunakan wire brush/ sikat kawat, dan etching dengan bahan kimia.

b. Clay Tempering/ Different Tempering : Pengerasannya menggunakan pembubuhan tanah liat khusus pada sisi tajam dan sisi punggung pedang, proses inilah yg menghasilkan sebuah identitas sebuah katana yaitu hamon, yaitu kristalisasi baja dalam proses pengerasan yg membentuk sebuah pola ombak pada kedua sisi pedang dekat mata pedangnya, dimana banyak sekali nama hamon untuk pola tertentu seperti suguha, choji, gunome, notare hamon dll, tujuan dari pengerasan secara berbeda di bagian sisi tajam lebih keras dan di bagian punggung pedang lebih empuk bertujuan untuk menyerap getaran pada pedang saat pertarungan sehingga pedang lebih kuat dan stabil saat berbenturan dengan pedang lainnya.


#Selain itu katana juga dapat dibedakan dari cara penempaannya yaitu :

a. Maru : yaitu dibuat langsung dari sebongkah atau sekeping besi atau baja, maru bisa di tempering secara full tempering maupun clay tempering/ different tempering

b. Folded : disini bilah di buat dengan cara di lipat berkali kali untuk menghasilkan baja yg kandungan carbonnya merata dan membuang bagian yg tidak murni dari bilahnya yg menghasilkan ciri khas kedua dari sebuah katana yaitu hasil lipatan ini berupa pola pada bilah seperti urat urat yg disebut hada, saat ini banyak bilah katan yg dibuat dengan cara dilipat tetapi ada 2 kelompok besar yg membedakannya yaitu :
 * Folded untuk estetika : yaitu bilah ditempa lipat hanya untuk menampilkan hada - nya saja
bilah pedang jenis ini hanya boleh dipakai sebagai iaito kalaupun harud digunakan untuk memotong hanya boleh dipakai untuk soft cutter karena bilah tipe ini sangat mudah bengkok ataupun pecah dan  patah, karena proses pelipatannya tidak dilakukan secara teliti, walaupun ada beberapa tipe ini yg difolded cukup halus tetapi tetap sangat berbahaya bila digunakan untuk latihan potong, ciri ciri dari tipe ini dapat mudah sekali dilihat pada tampilan hada yg cukup kasar dan warna bilah biasanya agak keabu-abuan, kalau yg lebih bagus biasanya sudah warna silver biasa tapi tetap hadanya agak kasar, bukan besar ya tapi kasar

* Folded untuk membuat kadar carbon merata dan membuang bagian yg tidak murni pada bahan bilahnya : tipe ini biasanya bahan bilah dibuat dari kepingan baja atau sekeping baja yg dilipat dengan tehnik tertentu yg diawasi dengan seksama dan teliti agar menghasilakan bilah yg kuat dan homogen kadar karbonnya disepanjang bilahnya, dan biasanya tehnik ini dilakukan pada tipe nihonto yg dibuat dari kepingan kepingan tamagahane, pada pedang modern bahan bilah sebenarnya kadar karbonya sudah merata karena dibuat dalam pabrik yg mempunyai presisi tinggi dalam pembuatan baja, tetapi banyak juga bilah pedang yg dibuat menggunakan bahan baja modern untuk ditempa lipat lagi agar memunculkan hadanya, tetapi dilakukan sama seperti pembuatan nihonto, ciri dari bilah ini terlihat pada hadanya yg sangat halus dan tidak ada kerak kerak atau retakan pada urat urat hadanya,
Tipe ini juga bisa distempering secara full tempering maupun secara clay tempering, pada tipe yg diclay tempering bila proses pelipatannya tidak baik maka bilah akan pecah dalam proses tempering tersebut, sehingga pada bilah folded estika jarang sekali ada yg di clay tempering , karena sudah hamper pasti bilah akan pecah pada proses clay tempering.

c. Laminating : proses ini juga berfungsi untuk membuat pedang agar lebih stabil dan mampu menghilangkan getaran saat pertarungan serta sudah pasti untuk membuat pedang lebih kuat. Tehnik ini banyak sekali jenisnya yg paling umum adalah honsanmai atau di indo lebih dikenal sebagai baja slap, dimana pedang ditempa dari 3 keping baja yg di jadikan 1 dimana kedua sisinya dipakai baja yg lebih empuk dan di tengah dipakai baja yg lebih keras sebagai pembuat mata pedangnya. Tehnik lainnya seperti shihozume dan shosshu kitae adalah tehnik laminating yg sangat rumit dimana bahan yg digunakan lebih dari 6 keping untuk membuat sebilah pedang, semua bilah dg tehnik ini sudah hampir pasti adalah bilah yg baik karena kembali lagi pada proses temperingnya, bila laminasinya tidak benar maka pedang akan pecah pada proses temperingnya, kecuali bilah yg dibuat tanpa ditempering maka bilah pedang tersebut hanya besi biasa yg tidak ada keistimewaanya.
Jadi bilah laminating yg bagus adalah bilah yg di clay tempering, karena hamonnya adalah bukti bahwa bilah tersebut selamat dari proses temperingnya.

2. Tentukan Budget Maksimal yg ingin anda belanjakan untuk katana idaman anda :
Hal ini sangat penting bagi anda yg mempunyai budget terbatas, tidak tidak akan masalah bila budget anda tidak terbatas, berhubung tips ini akan lebih banyak digunakan oleh para enthusiast yg budgetnya terbatas seperti saya hehehe, maka penentuan budget ini sangat penting, sehingga and akan mampu mempunyai target untuk membeli katana idaman anda,  usahakan serealistis mungkin,
Maksud saya jangan inginkan katana yg bisa semua tapi hanya mau membayar 200rb, ingat pepatah “ada rupa ada harga” sangat tidak rasional bagi penjual menjual barang dibawah modal dan tanpa keuntungan yg didapat.

3. Dapatkan Katana idaman anda dari supplier terpercaya :
Ini sangat penting karena siapapun tidak bisa membedakan apakah katana yg dibuat dari bahan 1045 atau bahan L6, semua hanya bisa dibuktikan melalui tes laboratorium, sehingga supplier yg memberikan penjelasan dengan detail dan sesuai dengan barang yg dijual itu sangat penting karena kita hanya mengandalkan kejujuran dari sang supplier untuk spesifikasi yg disebutkan.
Secara umum ada beberapa ciri supplier yg terpercaya :
a. Referensi dari para pelangganya mengenai sang supplier, sedapat mungkin referensi dari pelanggan yg mengerti tentang katana baik praktisi maupun kolektor
b. sedapat mungkin foto produk yg dipajang adalah hasil foto sendiri sang supplier bukan copy paste dari web lain atau hasil dari google,  serta detail spesifikasi katana yg dijual harus jelas
c. alamat sang supplier harus jelas sehingga anda bisa kunjungi dan lihat langsung katana yg dijual
d. akan lebih baik bila ada video pembuktian utk ketajaman dan kekuatan katana yg dijual
e. supplier haruslah yg mengerti dasar dasar mengenai katana yg dijual bukan hanya sekedar buat atau import atau beli dari suatu tempat kemudian dijual, ini sangat penting sehingga anda dapat dibantu untuk memilih katana apa yg paling cocok sesuai yg anda cari.
f.  adanya garansi bahwa katana yg dijual sesuai dengan spek dan kemampuan yg di iklankan, hal ini penting agar anda dapat merasa aman kalau anda membeli dari orang yg tepat dan terpercaya

Demikian sedikit mengenai tips dan pengetahuan dasar dalam memilih katana idaman anda, dan ingat katana adalah senjata berbahaya dan bukan mainan, diperlukan tanggug jawab dan kehati hatian dalam menyimpan, membawa dan menggunakannya,
Katana juga adalah kategori senjata tajam yg tidak boleh dibawa bawa ketempat umum tanpa ada tujuan dan keanggotaan club pedang yg jelas, karena ada sanksi hukum yg berat untuk hal ini.
Dan sebagai penutup selamat menikmati katana idaman anda !!!
By : Unknown

Jenis-jenis Pedang/Katana Samurai


Sebutan samurai yang dialamatkan pada pedang jepang merupakan salah kaprah. Samurai sendiri adalah sebutan untuk Japanese warrior. Sedangkan yang dimaksud pedang itu disebut dengan Ken. Untuk memudahkan para pembaca sekalian maka untuk menyebut pedang pada tulisan ini digunakan istilah pedang samurai.
Pedang samurai sendiri di jepang dibagi dalam banyak jenis. Pembagian jenis-jenis pedang berdasarkan ukurannya. Setiap pedang diukur dengan ukuran "Shaku" dimana 1 shaku berarti sekitar 30 cm. Berikut ini jenis-jenis pedang samurai yang dikelompokkan berdasar panjangnya

1. Tanto

Anda pernah melihat Film Goemon, anda pasti mengetahui pedang ini. Pedang ini dibawa oleh putri sebagai pertahanan diri. Ukuran pedang ini sekitar 25 cm, masuk kategori pisau.

Penggunaannya biasanya untuk menusuk tiba-tiba. Perempuan Jepang jaman dulu membawa tanto di balik obi (ikat pinggang kimono) untuk self defence ataupun untuk spontan attack.

2. Wakizashi

Anda penggemar Final Fantasy, pasti tidak asing dengan tokoh Yojinbo. Pendekar pedang yang mampu membelah apa saja. Salah satu serangannya ada wakizashi. Wakizashi merupakan jenis pedang samurai dengan panjang antara 30-60 cm, para samurai biasa menggunakannya sebagai secondary weapon.

3. Kodachi


Kodachi senjata kesayangan Aoshi Shinomori anggota Jupon Gatana dalam serial manga Samurai X. Kodachi lebih panjang dari wakizashi, tetapi lebih pendek dari katana. Biasa digunakan sebagai perisai dalam hand - to - hand combat.

Karena tidak sepanjang katana (kurang dari 2 shaku) maka tidak menyalahi aturan membawa pedang di zaman Edo sehingga boleh dibawa oleh orang biasa (dulu cuma samurai yang boleh bawa pedang). Pedangnya lebih melengkung dari wakizashi. Pedang ini cukup ringan sehingga memudahkan penggunanya bergerak lincah.

4. Katana


Katana merupakan pedang khas ninja. Setiap ninja mempunyai katana dipunggung mereka. Anda penggemar film Ninja Hatori, pasti tidak asing dengan Pedang ini. Pedang ini merupakan pedang umum dengan panjang antara 70-80 cm.

Tipe single-edge dan melengkung. selain dipakai ninja, pedang ini juga dibawa oleh kaum samurai untuk merepresentasikan status sosialnya. Biasanya dibawa berpasangan dengan wakizashi atau tanto yang digunakan untuk close-quarter combat dimana katana digunakan untuk open-quarter combat.

5. Tsurugi


Pedang yang tak serupa dengan jenis pedang yang lainnya. Pedang ini tidak melengkung tapi lurus seperti pedang korea. Tsurugi merupakan pedang tipe broadsword, lebih berat dibanding pedang yang lainnya. Sangat cocok digunakan untuk mengahadapi musuh bertameng maupun berarmor tebal.

6.Chokuto


Sama seperti katana, hanya saja tidak melengkung tetapi lurus. Ditemukan sebelum jaman Heian sebelum orang Jepang menemukan teknik melengkungkan pedang (yang ternyata unik caranya).

Karena pedangnya lurus sulit digunakan dan jarang dipakai dalam pertempuran. Setelah ditemukannya katana, chokuto masih tetap diproduksi tetapi kebanyakan berfungsi sebagai ceremonial sword.

7. Ninja-to


Pedang para ninja, selain katana, ninjato merupakan pilihan para ninja. Ringkas dan ringan membuat pedang ini mudah untuk dimasukkan kedalam baju. Perbedaan mendasar antara katana dan ninja-to terletak pada sesainnya. Ninjato tidak melengkung seperti katana tetapi lurus.

8. Nodachi & Odachi


Pedang yang sangat panjang. Merupakan pedang terpanjang dengan panjang hampir 80 cm. Pedang ini tidak cocok untuk close combat karena ribet dengan ukurannya.

Pedang ini digunakan untuk membelah pasukan berkuda beserta kudanya. Dalam serial manga Samurai deeper Kyo, ia menggunakan pedang tipe ini. Walaupun sebenarnya tidak cocok untuk close combat. Pembuatan pedang ini termasuk dalam kategori sulit, sehingga pedang ini merupakan pedang langka.

9. Nagamaki


Pedang dengan panjang mata pedang dan gagang yang sama. Termasuk dalam katagori belati, Digunakan untuk serangan mendadak. Penggunaan pedang ini tidak seefisien Tanto. Tapi pedang ini memilki keindahan lebih.

10. Naginata

Naginata merupakan tombak dengan mata pisau katana. Digunakan prajurit wanita pertarungan jarak menengah. Gagang dibuat dari kayu dan mata tombak katana melengkung. Sangat cocok untuk tipe pertempuran Chaos.

11. Yari

Yari merupakan tipe tombak. Berbeda dengan naginata, mata tombak dibuat lurus. Bentuk Lurus ini efektif digunakan menusuk musuh yang datang dari depan. Biasanya dipakai pria untuk mengahadang laju pasukan musuh. Senjata ini diapakai Oleh Madarame Ikaku dalam serial manga Bleach.
Nah indah bukan, pedang samurai merupakan pedang dengan keindahan yang tinggi. Dibuat dengan tidak sembarangan. Ketajaman dipadukan dengan keindahan. Sungguh pedang ini nampak elegan. Bagaimana, Anda tertarik memilikinya?

What is "katana"

By : Unknown

History


Japanese Edo period wood block print of a samurai with a tachi.
The production of swords in Japan is divided into specific time periods: jokoto (Ancient swords, until around 900 A.D.), koto (old swords from around 900–1596), shinto (new swords 1596–1780), shinshinto (new new swords 1781–1876), gendaito (modern swords 1876–1945),[5] and shinsakuto (newly made swords 1953–present).[6]
The first use of "katana" as a word to describe a long sword that was different from a tachi is found in the 12th century. These references to "uchigatana" and "tsubagatana" seem to indicate a different style of sword, possibly a less costly sword for lower ranking warriors. The evolution of the tachi into the katana seems to have started during the early Muromachi period (1337 to 1573). Starting around the year 1400, long swords signed with the "katana" signature were made. This was in response to samurai wearing their tachi in what is now called "katana style" (cutting edge up). Japanese swords are traditionally worn with the signature facing away from the wearer. When a tachi was worn in the style of a katana, with the cutting edge up, the tachi's signature would be facing the wrong way. The fact that swordsmiths started signing swords with a katana signature shows that some samurai of that time period had started wearing their swords in a different manner.[7][8]
The rise in popularity of katana by samurai is believed to have been due to the changing nature of close-combat warfare. The quicker draw of the sword was well suited to combat where victory depended heavily on fast response times. The katana further facilitated this by being worn thrust through a belt-like sash (obi) with the sharpened edge facing up. Ideally, samurai could draw the sword and strike the enemy in a single motion.[9] Previously, the curved tachi had been worn with the edge of the blade facing down and suspended from a belt.[9][10]
The length of the katana blade varied considerably during the course of its history. In the late 14th and early 15th centuries, katana blades tended to be between 70 to 73 cm (27 12 to 28 12 in) in length. During the early 16th century, the average length was closer to 60 cm (23 12 in). By the late 16th century, the average length returned to approximately 73 cm (28 12 in).
The katana was often paired with a similar smaller companion sword, such as a wakizashi or it could also be worn with the tantō, a smaller, similarly shaped dagger. The pairing of a katana with a smaller sword is called the daishō. The daisho could only be worn by samurai and it represented the social power and personal honor of the samurai.[9][10][11]

Modern katana (gendaito)

During the Meiji period the samurai class was gradually disbanded and the special privileges granted to them were taken away including the right to carry swords in public. The Haitōrei Edict in 1876 forbade the carrying of swords in public except for certain individuals, such as former samurai lords (daimyo), the military, and police.[12] Skilled swordsmiths had trouble making a living during this period as Japan modernized its military and many swordsmiths started making other items such as farm equipment, tools, and cutlery. Military action by Japan in China and Russia during the meiji period helped revive interest in swords but it was not until the Showa period that swords were produced on a large scale again.[13] Japanese military swords produced between 1875 and 1945 are referred to as guntō (military swords).
During the pre World War II military buildup and throughout the war, all Japanese officers were required to wear a sword. Traditionally made swords were produced during this period, but in order to supply such large amounts of swords blacksmiths with little or no knowledge of traditional Japanese sword manufacture were recruited. In addition, supplies of the Japanese steel (tamahagane) used for sword making were limited, so several other types of steel were used, as well. Short-cuts in forging were also taken, such as the use of power-hammers, and tempering the blade in oil, rather than hand forging and water tempering. These techniques generated swords without the various characteristics associated with "true" Japanese swords. The non-traditionally made swords from this period are called "showato" after the regnal name of the Emperor Hirohito, and in 1937, the Japanese government started requiring the use of special stamps on the tang (nakago) to distinguish these swords from traditionally made swords. During this period of war, older antique swords were remounted for use in military mounts. Presently, in Japan, showato are not considered to be "true" Japanese swords and they can be confiscated. Outside of Japan, however, they are collected as historical artifacts.[12][13][14]

Post World War II

In Japan from 1945 to 1953 sword manufacture and sword related martial arts were banned. Many swords were confiscated and destroyed, and sword-smiths were not able to make a living. Since 1953 Japanese sword-smiths have been allowed to work, but with severe restrictions: swordsmiths must be licensed and serve a five-year apprenticeship and only licensed swordsmiths are allowed to produce Japanese swords (nihonto), only two long swords per month are allowed to be produced by each swordsmith, and all swords must be registered by the Japanese Government.[15]
Outside Japan, modern katana are being produced by well-known western sword-smiths, using modern steel alloys, such as L6 and A2. These modern katana replicate the size and shape of the Japanese katana, and are used by martial artists for IAIDO and for cutting demonstrations (tameshigiri). The use of modern steel and technology can create strong blades without the risk of damaging or destroying the artisan's hard work.
Mass produced swords including iaitō and shinken in the shape of katana are available from many countries, though China dominates the market These types of swords are sometimes called "replica." They are mass produced and made with a wide variety of steels and methods. People buy these swords for many purposes, including martial arts practice, home defense, and historical reenactments. Their quality can vary considerably, however.

Description


Antique Japanese (samurai) daishō, the traditional pairing of two Japanese swords which were the symbol of the samurai, showing the traditional Japanese sword cases (koshirae) and the difference in size between the katana (top) and the smaller wakizashi (bottom).
The katana is generally defined as the standard sized, moderately curved (as opposed to the older "tachi" style featuring more curvature) Japanese sword with a blade length greater than 60 cm (23 12 inches).[10]
With a few exceptions, katana and tachi can be distinguished from each other, if signed, by the location of the signature (mei) on the tang (nakago). In general, the mei should be carved into the side of the nakago which would face outward when the sword was worn. Since a tachi was worn with the cutting edge down, and the katana was worn with the cutting edge up, the mei would be in opposite locations on the nakago.[16]
The katana is characterized by its distinctive appearance: a curved, slender, single-edged blade with a circular or squared guard and long grip to accommodate two hands.[10] It has historically been associated with the samurai of feudal Japan, and has become renowned for its sharpness and strength.

Etymology

"Katana" is the term now used to describe nihontō that are 2 shaku (606 mm / 23.9 in) and longer, also known as "dai" or "daito" among Western sword enthusiasts although daito is actually a generic name for any long sword.[17]
Pronounced [katana], the kun'yomi (Japanese reading) of the kanji 刀, originally meaning dao (sword) or knife/saber in Chinese, the word has been adopted as a loanword by the Portuguese language.[18] In Portuguese the designation (spelled catana) means "large knife" or machete.[18] As Japanese does not have separate plural and singular forms, both "katanas" and "katana" are considered acceptable forms in English.[19]

Forging and construction


Cross sections of Japanese sword blade lamination methods
Katanas are traditionally from a specialized Japanese steel called "Tamahagane",[20] which is created from a traditional smelting process that results in several, layered steels with different carbon concentrations.[21] This process helps remove impurities and even out the carbon content of the steel. The smith begins by folding and welding pieces of high and low carbon steel several times to work out most of the impurities. The resulting block of steel is then drawn out to form a billet.
At this stage it is only slightly curved or may have no curve at all. The gentle curvature of a katana is attained by a process of differential hardening or differential quenching: the smith coats the blade with several layers of a wet clay slurry which is a special concoction unique to each sword maker, but generally composed of clay, water, and any or none of ash, grinding stone powder, or rust. The edge of the blade is coated with a thinner layer than the sides and spine of the sword, heated, and then quenched in water (some sword makers use oil to quench the blade). The slurry causes only the blade's edge to be hardened and also causes the blade to curve due to the difference in densities of the micro-structures in the steel. [9] When steel with a carbon content of 0.7 percent is heated beyond 750 °C it enters the austenite phase. When austenite is cooled very suddenly by quenching in water the structure changes into martensite, which is a very hard form of steel. When austenite is allowed to cool slowly its structure changes into a mixture of ferrite and pearlite which is softer than martensite.[22][23] This process also creates the distinct line down the sides of the blade called the hamon, which is made distinct by polishing. Each hamon and each smith's style of hamon is distinct.[9]
After the blade is forged it is then sent to be polished. The polishing takes between one and three weeks. The polisher uses finer and finer grains of polishing stones until the blade has a mirror finish in a process called glazing. However, the blunt edge of the katana is often given a matte finish to emphasize the hamon.[24]


source: wikipedia

- Copyright © Apa itu Katana - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -